Jangan Pergi
Mungkin tidak pernah kau kira
Bahwa hidupmu akan seperti drama
Jauh sebelum itu, masa bahagia bersama keluarga
Kehidupan sederhana seorang anak yang ceria
Seiring berputarnya bumi terhadap matahari,
Kau tumbuh mengembangkan pribadi diri
Melewati batas nyaman dan menguasai teknologi
Hingga bahagiamu sebatas kata-kata indah dua demensi
Kau punya selusin teman yang setia
Yang menemani saat suka dan duka
Tapi tentu saja kau inginkan dia
Meski pada akhirnya hanya menggoreskan luka
Sedihmu berakhir ketika bertemu dengan seorang lelaki
Meski hanya berwujud sebagai pixel hasil data yang ditransmisi,
Ia bisa mewarnai hari-harimu dengan puisi
Sore itu, ketika hujan pergi tanpa pelangi
Hadirnya sedikit melegakan hari-harimu
Di tengah perjalanan yang cukup jauh,
Kau terus mengulangi suaranya yang tak merdu
Dan tersenyum semanis madu
Meskipun kadang dia bersikap yang tak patut
Kau hanya menurut karena takut
Takut kebahagiaan direnggut
Bersama hilangnya dia ke timur laut
Hingga hari itu benar-benar terjadi,
Dia akan pergi karena prinsip bodoh yang tak ia pahami
Kau menangis tersedu "jangan pergi"
Sebuah permintaan yang menggoyahkan hati
Dua puluh tahun yang lalu, kau dan dia tak pernah kenal
Menjalani hidup bahagia dan normal
Ketika dewasa bertemu hanya untuk saling kenal
Lalu berpisah ketika cinta sudah kental
Hatimu tak karuan, sedih tak terbayangkan
Mereka akan berkata "ini takdir Tuhan"
Kau tentu saja tidak akan mendengarkan
Karena kau hanya berharap dia datang dengan pelukan
Bulan-bulan itu telah berlalu
Kini kau telah berdamai dengan masa lalu
Dia pun menyesal karena meninggalkanmu
Tapi hati yang sudah hancur tak bisa seperti dulu
Sebentar lagi kau akan menjalani bulan madu
Bersama lebah yang tertarik hanya dengan nektarmu
Yang hanya pergi untuk kembali membawa segudang ilmu
Yang tak akan meninggalkanmu karena ragu
Bahwa hidupmu akan seperti drama
Jauh sebelum itu, masa bahagia bersama keluarga
Kehidupan sederhana seorang anak yang ceria
Seiring berputarnya bumi terhadap matahari,
Kau tumbuh mengembangkan pribadi diri
Melewati batas nyaman dan menguasai teknologi
Hingga bahagiamu sebatas kata-kata indah dua demensi
Kau punya selusin teman yang setia
Yang menemani saat suka dan duka
Tapi tentu saja kau inginkan dia
Meski pada akhirnya hanya menggoreskan luka
Sedihmu berakhir ketika bertemu dengan seorang lelaki
Meski hanya berwujud sebagai pixel hasil data yang ditransmisi,
Ia bisa mewarnai hari-harimu dengan puisi
Sore itu, ketika hujan pergi tanpa pelangi
Hadirnya sedikit melegakan hari-harimu
Di tengah perjalanan yang cukup jauh,
Kau terus mengulangi suaranya yang tak merdu
Dan tersenyum semanis madu
Meskipun kadang dia bersikap yang tak patut
Kau hanya menurut karena takut
Takut kebahagiaan direnggut
Bersama hilangnya dia ke timur laut
Hingga hari itu benar-benar terjadi,
Dia akan pergi karena prinsip bodoh yang tak ia pahami
Kau menangis tersedu "jangan pergi"
Sebuah permintaan yang menggoyahkan hati
Dua puluh tahun yang lalu, kau dan dia tak pernah kenal
Menjalani hidup bahagia dan normal
Ketika dewasa bertemu hanya untuk saling kenal
Lalu berpisah ketika cinta sudah kental
Hatimu tak karuan, sedih tak terbayangkan
Mereka akan berkata "ini takdir Tuhan"
Kau tentu saja tidak akan mendengarkan
Karena kau hanya berharap dia datang dengan pelukan
Bulan-bulan itu telah berlalu
Kini kau telah berdamai dengan masa lalu
Dia pun menyesal karena meninggalkanmu
Tapi hati yang sudah hancur tak bisa seperti dulu
Sebentar lagi kau akan menjalani bulan madu
Bersama lebah yang tertarik hanya dengan nektarmu
Yang hanya pergi untuk kembali membawa segudang ilmu
Yang tak akan meninggalkanmu karena ragu
- rukmanary
Comments
Post a Comment